3 2 Fight!: Chapter 1

“Nathan, bangun!”

“Iya Ma, bentar.”

“Nathan, bangun! Sudah jam berapa ini?”

“Mmmhh bentar Ma.”

Tak lama kemudian, Mamanya datang ke kamar Nathan. Suara langkah kakinya begitu menggelegar dan cukup keras untuk terdengar di seluruh rumah. Mamanya pun langsung menendang pintu kamar Nathan dengan memegang sapu di tangan kanannya.

“Loh M-mama?!” ujar Nathan yang terkejut.

“Mama bilang BANGUN!!!”

“AMPUN MA…”

***

Nathan pun berada di kamar mandi sembari menggosok giginya. Walaupun ada benjolan besar di kepalanya. Dia pun lanjut menggosok gigi, kumur-kumur, dan mandi. Keluar dari kamar mandi, dia langsung menuju lemarinya dan mengambil seragamnya. Dia pun mengenakan seragamnya di depan sebuah cermin. Di sekeliling cermin itu, terdapat piala-piala yang tertata rapi. Ada juga medali-medali emas yang tergantung di paku yang menancap di sebelah cermin itu.

“World Young Warrior.”

“Figter Super Champion.”

“Asian Fighter Championship.”

Dan beberapa piala lain menghias tepian cermin itu.

Beberapa saat kemudian, Nathan selesai mengenakan seragam dan menyisir rambutnya. Dia langsung pergi ke rak bukunya dan mempersiapkan buku pelajarannya dengan sangat cepat. Setelah selesai menyiapkan bukunya dalam waktu kurang dari lima menit, dia langsung berlari turun ke lantai bawah. Di lantai bawah, Nathan melihat ibunya yang sedang di dapur dan ayahnya yang sedang duduk santai sembari membaca koran.

Nathan berlari ke arah ayahnya dan mulai mengintip apa yang ayahnya baca. Nathan pun melihat ayahnya yang sedang membuka halaman olahraga.

“Aduh ini MU kok kalah satu kosong sama Tottenham ini,” ujar Ayahnya. “Kemarin udah kalah sama Crystal Palace. Haduh, gak degradasi aja udah bersyukur ini,” lanjut ayahnya.

“Ngelawan klub ayam sayur kok kalah sih, Yah,” ujar Nathan.

Ayahnya pun langsung terkejut tak sengaja memeras korannya saat melihat Nathan sudah berdiri di sebelahnya.

“Eh Nathan?! Kamu bikin ayah kaget aja. Kapan kamu di sini?” tanya Ayahnya sembari menaruh korannya di meja.

“Tadi kan Nathan lari ke ayah,” ujar Nathan.

“Loh iya ta? Kok ayah ga denger apa-apa?” tanya Ayahnya.

Tak lama kemudian, Ibu pun datang sembari membawa bekal makanan dan berkata, “Ayah kayak gak tahu Nathan aja. Dari kecil kan dia udah gitu.”

“Iya juga ya. Kamu bisa kayak gitu gimana sih, Nak?” tanya Ayah.

“Gak tahu, paling cuma bakat,” ujar Nathan sembari berjalan ke arah Ibunya.

Ibu pun memberi kotak bekal itu kepada Nathan sembari bertanya, “Yakin nih gak sarapan lagi?”

Nathan mengambil kotak bekal itu dan sembari memasukkannya ke dalam tas, Nathan menjawab, “Kan Nathan udah biasa gak sarapan, Ma.”

“Hadeuh yaudah,” ujar Ibunya yang hanya bisa menggeleng-geleng kepala.

“Udah ya, Nathan berangkat dulu!” ujar Nathan yang langsung berlari keluar rumah.

“Eh, barang-barangnya udah belom. Ada yang ketinggalan gak?” saut Ibu.

“Engggak ada, Ma,” jawab Nathan dari luar rumah.

Di luar, Nathan membuka gerbang rumahnya. Mengeluarkan kunci motornya dan menaiki motornya. Dia pun langsung tancap gas ke sekolah.

***

Di sekolah, setelah memarkirkan motornya, Nathan langsung berjalan menuju kelasnya. Saat sedang berjalan, dia tak sengaja melihat tiga teman sekelasnya yang berada di depannya dan membelakanginya. Nathan pun langsung berlari menghampiri mereka. Nathan berlari dengan senyap namun entah bagaimana, kakinya hampir tak menimbulkan bunyi. Nathan pun berhasil sampai tepat di belakang mereka tanpa mereka sadar.

“SELAMAT PAGI!!!” Teriak Nathan.

“WOAHH!!!” Teriak ketiga anak itu.

“Pagi-pagi udah bikin kaget ae,” ujar salah satu anak yang memiliki kacamata bulat besar. Taka namanya.

“Kayak gak kenal Nathan ae. Gak akan ada yang sadar Nathan kalo dia gak manggil,” ujar anak terpendek dari tiga anak itu. Bayu namanya.

“Suara kakimu bisa hilang gitu gimana sih?” tanya anak tertinggi dari tiga anak itu. Raka namanya.

“Gatau. Ayo cepet-cepet ke kelas yok,” ujar Nathan.

“Ye habis ngagetin orang langsung cabut,” ujar Bayu.

“Komik ku yang kau pinjam minggu lalu mana?” tamya Taka.

“Oh iya aku lupa bawa. Besok aku bawa ya,” jawab Nathan sembari terus berjalan.

“Hey kau udah bilang kalimat itu dari tiga hari lalu loh,” ujar Taka langsung mengejar Nathan.

“Iya-iya besok janji kubawa.”

***

Sesampai di kelas, terdapat sebuah kertas yang tertempel di papan tulis. Saat Nathan dan lainnya mendekat, mereka pun melihat kertas itu yang berisi posisi tempat duduk bagi kelas itu.

“Oh? Tempat duduk baru?” gumam Nathan.

Nathan pun melihat dengan teliti kertas itu. Dan matanya pun menemukan posisi tempat duduknya. Ya walaupun tak enak dilihat sih. Karena tempat duduknya tepat berada di depan meja guru.

“Ehem kayaknya ada yang hadep-hadepan sama guru ini~,” ujar Raka menyenggol bahu Nathan.

“Huff, sialan gak dapet bangku MC.”

“Haha kasian ya~,” lanjut Raka.

“Iya-iya tempat dudukmu pojok sendiri deket jendela!” ujar Nathan kesal.

“Ahihihihi.”

“Tch.”

Nathan dan lainnya pun pergi ke tempat duduk mereka masing-masing. Nathan duduk di bangkunya dan bermain ponsel sebentar sebelum memasukannya kembali ke sakunya. Nathan melihat sekeliling dan melihat kelas sudah hampir penuh dan hanya menyisakan satu bangku kosong yang berada di sebrang bangku Nathan. Nathan penasaran siapa yang akan menempati bangku itu pun kembali mengecek kertas yang ada di papan tulis. Saat mengecek, Nathan menemukan nama Nita Delia yang akan menempati bangku itu. Nathan pun bingung karena dia tak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Tak lama kemudian, bel berbunyi dan Nathan pun kembali ke bangkunya. Pelajaran pertama adalah pelajaran dari walikelas Nathan yaitu pelajaran sejarah. Wali kelas  Nathan pun memasuki kelas. Pak Danang namanya. Pak Danang menuju mejanya dan menaruh tas nya. Saat menaruh tas, dia melihat Nathan yang duduk tepat di depannya.

“Loh Nathan kebagian duduk di sini?” tanya Pak Danang.

“Hehe iya Pak,” jawab Nathan.

“Nah sip udah. Gabisa tidur-tidur lagi,” ujar Pak Danang.

“Waduh hehe.”

Setelah selesai menaruh tas nya, Pak Danang pun langsung berjalan ke tengah papan tulis.

“Bapak ada beberapa pengumuman yang perlu disampaikan. Pertama, kelas kita akan kedatangan murid baru. Pindahan dari SMA lain.”

Murid-murid pun langsung berbisik satu sama lain. Salah satu murid berkata bahwa murid pindahan itu berasal dari sekolah elit. Murid lainnya berkata bahwa murid pindahan itu dari keluarga kaya. Dan lain-lain.

Di tengah kelas yang penuh dengan bisikan-bisikan murid di dalamnya itu, Nathan hanya menyandarkan kepalanya di salah satu tangannya dan berusaha menjaga matanya tetap terbuka.

Tak lama kemudian, seorang murid wanita memasuki kelas. Murid itu berambut pendek dan memiliki mata coklat yang indah. Murid itu berdiri di depan kelas dengan badan tegap namun tetap anggun.

“Perkenalkan dirimu, ” Ujar Pak Danang.

“Baik, perkenalkan semuanya. Namaku Nita Delia. Semoga kita bisa akrab ya.”

“Bapak harap kalian bisa akrab dengannya,” ujar Pak Danang. “Baik Nita, bangkumu ada di sebelah sana,” ujar Pak Danang menunjuk satu bangku kosong yang tersisa.

“Baik, terima kasih Pak.” Nita pun menuju bangku itu.

Di sisi lain, kepala Nathan hampir terjatuh membuatnya langsung terbangun. Dia dalam keadaan setengah sadar menoleh kesekeliling dan melihat Nita yang menuju bangkunya.

“Baik anak-anak, buka buku kalian,” perintah Pak Danang dan pelajaran pun dimulai.

***

Setelah Pak Danang memberi materi, Pak Danang memberi tugas kelompok berpasangan. Saat undian selesai, Nathan melihat dirinya akan satu kelompok dengan Nita.

“Baik anak-anak. Berkumpul dengan pasangan kalian dan kerjakan tugasnya.”

Murid-murid pun langsung berdiri menghampiri pasangannya termasuk Nathan. Nathan menghampiri Nita. Pada saat itu Nita sedang sibuk dengan tas nya membuat badannya membelakangi Nathan.

Saat Nathan berada tepat di belakang gadis itu, Nathan memanggilnya. Namun belum sempat Nathan membuka mulutnya, gadis itu menoleh duluan ke arahnya dan memberi senyuman hangat.

“Kamu Nathan ya. Senang bertemu denganmu ya,” ujar Nita dengan ramah.

Mata Nathan pun langsung terbelalak saat Nita menoleh ke arahnya.

“Bagaimana kau… bisa tahu aku dibelakangmu?”

Choose your Reaction!